Selasa, 19 Desember 2017

5 Pelajaran Berharga dari Wanita yang Sukses di Ranah Teknologi


Wanita yang sukses di ranah Teknologi | Featured ImageWanita di ranah Teknologi | Featured
Update:
 Kami menambah informasi mengenai suami Sheryl Sandberg yang telah meninggal dunia dari tahun lalu.
Dewasa ini isu gender dan teknologi menjadi masalah penting yang dihadapi wanita secara global. Pasalnya terdapat bias gender yang disebabkan minimnya jumlah wanita  yang  bekerja di ranah teknologi.

Fakta tersebut diperkuat dengan prediksi Deloitte yang menyatakan bahwa pada akhir 2016 kurang dari 25 persen pekerja teknologi informasi di negara-negara maju akan dipegang wanita. Sehingga kita kerap menemukan banyak celah pekerjaan yang seharusnya bisa dikerjakan oleh wanita.
Padahal sebenarnya ada banyak keuntungan jika wanita bekerja di ranah teknologi. Sebuah penelitian menyatakan bahwa perempuan memiliki dampak yang bisa mempengaruhi hingga 85 persen pembelian. Tak hanya itu saja, setengah dari pengguna produk teknologi terutama di bidang e-commerce dan marketplace adalah wanita, sehingga dibutuhkan analisa pemasaran dan inovasi terbaru dari sudut pandang wanita untuk mencapai target pasar.
Hal senada juga diutarakan oleh pendiri Girls Who CodeReshma Saujani bahwa salah satu cara tepat agar suatu perusahaan mencapai kesuksesan adalah dengan adanya keragaman pegawainya, termasuk keragaman gender.
Meski dengan jumlah sedikit, nyatanya ada beberapa wanita luar biasa yang menyangkal prasangka bahwa perempuan tidak cocok untuk bekerja di ranah teknologi. Mereka menunjukkan bagaimana seorang wanita mampu bekerja bahkan menjadi pemimpin di beberapa perusahaan teknologi terkemuka dunia dengan baik.
Siapa saja mereka?  Apa saja pelajaran yang bisa kita ambil dari para wanita terkenal di ranah teknologi tersebut? Berikut ulasannya yang saya rangkum dari berbagai penelusuran.

Sheryl Sandberg (COO Facebook) – Milikilah kepercayaan diri maka keberhasilan akan menjadi milikmu

Sheryl Sandberg | Foto
COO Facebook, Sheryl Sandberg merupakan sosok wanita di balik kesuksesan Facebook. Berkat tangan dinginnya Facebook berhasil menjadi salah satu media sosial terbesar di dunia. Istri dari mendiang Dave Goldberg, CEO SurveyMonkey, ini memiliki kontribusi besar untuk Facebook, salah satunya yaitu mengembangkan sistem periklanan mandiri Facebook setelah sebelumnya perusahaan tersebut hanya mengandalkan iklan dari Google saja.
Wanita yang pernah bekerja di Google sebagai Wakil Presiden Global Online Sales and Operation ini tidak hanya dikenal dalam kemampuannya di pekerjaan profesional, namun juga sebagai ibu dari dua anak yang menjalankan tugas sebagai orang tua dengan baik.
Pada tahun 2015, ia menuliskan sebuah buku yang berjudul Lean In untuk mendorong agar wanita memiliki kepercayaan diri menjadi pemimpin dan bisa mengubah dunia. Menurutnya ada beberapa hal yang menyebabkan minimnya pemimpin wanita.
Ia mengatakan bahwa sebagian besar kaum hawa cenderung menganggap rendah kemampuan mereka sendiri. Sehingga rasa  percaya diri menjadi kunci pertama kesuksesan seorang wanita terutama saat bekerja.
Tak hanya itu saja, menjadikan pasangan hidup sebagai partner yang baik dengan membagi tugas pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak secara seimbang mampu memberikan peluang agar wanita memiliki waktu bekerja di luar rumah.
Selain itu, kebanyakan wanita cenderung mulai menjauh dari pekerjaan dengan tidak mau mengoptimalkan potensi dan mengambil promosi, saat mereka mulai berpikir untuk menikah dan memiliki anak. Padahal hal itu belum benar-benar terjadi dan bisa berujung dengan meninggalkan pekerjaan.
Percaya pada diri sendiri dan bernegosiasilah, miliki keberhasilan Anda!

Susan Wojcicki (CEO YouTube) – Menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga

Susan Wojcicki | Photo
Sumber: Fast Company
Susan Wojcicki mengawali kariernya di bidang teknologi dengan menjadi manajer pertama Google pada tahun 1999. Saat bekerja di Google, ia turut andil dalam dua akuisisi terbesar Google yaitu pembelian YouTube pada tahun 2006 serta pembelian DoubleClick pada tahun 2007. Berkat prestasinya tersebut ia menjadi CEO YouTube.
Sebagai seorang ibu yang memiliki lima anak, ia sering berbicara tentang pentingnya keseimbangan antara keluarga dan karierPencapaiannya menjadi wanita karier yang sukses tak membuatnya lupa akan tanggung jawabnya sebagai istri serta ibu rumah tangga yang baik.
Meski pada awalnya banyak rekannya yang meganggap ia akan menyerah pada pekerjaan setelah memiliki anak, ia percaya bahwa buah hatinya mampu memberikan dampak positif bagi pekerjaannya. Begitu pula sebaliknya, pekerjaan bisa menjadikannya sebagai ibu yang baik.
Tak hanya itu saja, menurutnya sukses itu tidak ditentukan berapa lama waktu bekerja. Karena jika bekerja 24 jam selama seminggu, maka ide-ide segar tidak akan datang. Sehingga istilah work life balance sangat tepat untuk diterapkan di berbagai perusahaan, terutama di industri kreatif.

Ginni Rometty (CEO IBM) – Bekerja keras, loyalitas, dan selalu mempelajari hal-hal baru

Ginny Rometty | Photo
Sumber: Bloomberg
Pemilik nama asli Virginia Marie Nicosia atau lebih dikenal sebagai Ginni Rometty ini memang pantas menjadi orang tertinggi di salah satu perusahaan teknologi terbesar dunia, International Business Machines (IBM).
Kerja keras dan loyalitasnya terhadap pekerjaan tidak bisa diragukan lagi. Pasalnya sarjana ilmu komputer dan teknik elektro di Northwestern University ini meniti karirnya di IBM dari bawah sebagai System Engineer dan akhirnya berhasil mencapai puncak karier menjadi CEO IBM. Salah satu terobosannya sebagai CEO IBM adalah mengomersialkan software Watson.
Peran kesuksesaan CEO yang akrab disapa Ginni ini tidak luput dari peran didikan ibunya serta dorongan dari suaminya, Mark Rometty. Dibesarkan dari orang tua tunggal, Ginni mengaku bahwa ibunya adalah panutannya.
Sebagai wanita yang bekerja di ranah teknologi, ia berani keluar dari zona nyaman dengan mencoba berbagai pekerjaan di IBM. Mulai dari System Engineer pada tahun 1981. Sepuluh tahun setelahnya ia bergabung dengan IBM Consulting Group, dan pada tahun 2002 Ginni berhasil meyakinkan para konsultan PricewaterhouseCooper (PwC) untuk mau diintegrasikan dengan IBM.
Pada akhir tahun 2012 Ginni resmi menjadi ketua, presiden, dan CEO IBM. Pencapainnya menjadi orang nomer satu di IBM itu tak lepas dari kerja keras, loyalitas, dan mau mempelajari hal-hal baru dalam pekerjaan.
Saya selalu melakukan hal yang tidak pernah saya kerjakan sebelumnya. Pertumbuhan dan kenyamanan tidak bisa berjalan beriringan.

Meg Whitman (CEO Hewlett-Packard) – Fokuslah pada tujuan dan berani mengambil tantangan

Meg Whitman | Photo
Sumber: NY Daily News
Meg Whitman sempat bercita-cita menjadi dokter tetapi pada akhirnya terjun ke dunia bisnis dan politik. Selama sepuluh tahun ia memimpin eBay, banyak langkah luar biasa yang telah dilakukannya, sehingga perusahaan rintisan yang hanya memilki tiga puluh karyawan tersebut berkembang pesat menjadi perusahaan besar dengan jumlah karyawan mencapai 15.000. Berkat kesuksesannya memimpin eBay, ia pun diminta  menjadi CEO HP.
Sebagai pemimpin yang dipercaya untuk memimpin perusahaan di tengah masalah merupakan tantangan besar bagi Meg Whitman. Langkah pertama yang diambil oleh istri Graffisth Harsh IV ini yaitu fokus pada tujuannya untuk meningkatkan pendapatan perusahaan dengan berani mengambil beberapa terobosan baru meski menuai pro dan kontra.
Salah satunya adalah dengan melakukan pemisahan HP menjadi dua, yaitu HP Enterprise dan HP Inc. Hal ini dilakukan sebagai salah satu strategi HP untuk meningkatkan pendapatan perusahaan. Dari situ HP perlahan mulai memperlihatkan perkembangannya.

Marissa Mayer (CEO Yahoo) – Kenali kelemahanmu dan temukan bakatmu

Marissa Mayer | Photo
Semenjak remaja kecerdasan Marissa Mayer sudah terlihat. Setelah lulus pascasarjana di Stanford University, Marissa lebih memilih bekerja di Google yang saat itu masih berstatus perusahaan rintisan. Alasannya agar bisa belajar banyak dari orang-orang cerdas meski startup memiliki dua risiko kabangkrutan atau keberhasilan.
Istri investor Zachary Bogue ini mengawali karir sebagai engineer pertama wanita di Google. Namun, lambat laun ia menyadari bahwa bakat dan keahliannya bukan di bagian coding dan memutuskan mencari bidang keahlian lain yang bisa digunakan di Google.
Setelah mencoba banyak hal untuk menyelesaikan apa pun yang menjadi masalah di Google. Akhirnya ia berhasil menemukan bidang keahliannya yaitu menjadi orang terakhir yang memutuskan apakah tampilan pengguna Google yang dirancang sudah sesuai dengan standar dan gaya Google, serta memimpin beberapa proyek besar di Google.
Terakhir ia menjabat sebagai eksekutif dan juru bicara utama Google. Pada tahun 2011 ia menerima tawaran sebagai presiden sekaligus CEO Yahoo meski pada saat itu usianya masih terbilang muda.

Dari beberapa ulasan di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang wanita bisa saja menjadi sukses di pekerjaan hingga mencapai puncak serta menjadi ibu rumah tangga yang baik. Selain itu, berbagai perubahan dan peloporan yang telah berhasil mereka lakukan bisa menjadi panutan bagi wanita muda saat ini.
Karena pada hakekatnya kesuksesan seseorang tidak berdasarkan pada ras, jenis kelamin, atau pun usia. Semua tergantung bagaimana usaha dan potensi yang dimiliki.
(Diedit oleh  Mohammad Fahmi; Sumber gambar: Girls Who Code)
sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar